13 Desember (UPI) — Para pejabat AS telah membuka segel surat perintah yang dikeluarkan untuk penyitaan kapal tanker armada hantu The Skipper, yang disita militer AS di perairan internasional awal pekan ini.
Seorang hakim federal di Pengadilan Distrik AS untuk Distrik Columbia menandatangani surat perintah penyitaan pada tanggal 26 November, yang diajukan oleh pasukan AS ketika kapal tersebut disita pada hari Rabu sebagai bagian dari operasi yang dipimpin Penjaga Pantai.
“Saat Kantor Kejaksaan AS memimpin upaya untuk mencegat kapal hantu serta produk-produk yang terkena sanksi, kami tetap berkomitmen untuk secara hukum mendukung upaya Presiden (Donald) Trump untuk membuat dunia lebih aman,” kata Jaksa AS Jeanine Pirro dalam siaran persnya pada hari Jumat.
Pirro menyebut penyitaan kapal tanker itu sebagai “tindakan pemaksaan.”
Penyitaan tersebut membuat para pejabat Kuba mengecam tindakan tersebut sebagai “tindakan pembajakan dan terorisme maritim” yang merupakan “pelanggaran serius terhadap hukum internasional,” lapor Guardian.
“Tindakan ini adalah bagian dari eskalasi AS yang bertujuan menghalangi hak sah Venezuela untuk secara bebas menggunakan dan menukar sumber daya alamnya dengan negara lain, termasuk pasokan hidrokarbon ke Kuba,” kata pejabat Kementerian Luar Negeri Kuba dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat.
Penyitaan kapal tanker tersebut berdampak negatif terhadap Kuba dan “meningkatkan kebijakan AS yang memberikan tekanan maksimum dan mencekik ekonomi” terhadap negara kepulauan tersebut, kata para pejabat Kuba.
Kapten Skipper telah mengindikasikan tujuannya adalah pelabuhan Matanzas di Kuba, namun kapal tersebut menurunkan sekitar 50.000 barel minyak ke kapal lain, yang kemudian mengangkut minyak tersebut ke Kuba saat Skipper berlayar ke timur menuju Asia, menurut New York Times.
Sekitar 80% pengiriman minyak Venezuela dikirim ke Tiongkok, namun Presiden Venezuela Nicolas Maduro dan mantan Presiden Hugo Chavez telah mengirimkan minyak ke Kuba selama beberapa dekade.
Sebagai imbalan atas minyak Venezuela yang murah, pihak berwenang Kuba memberi Maduro personel keamanan serta ribuan personel medis dan instruktur olahraga di Venezuela.
Sebagian besar minyak yang dikirim ke Kuba tidak disimpan di sana dan dijual ke Tiongkok untuk membantu membiayai pemerintah Kuba, demikian yang dilaporkan Times.
Kapal tersebut terkait dengan Korps Garda Revolusi Islam Iran dan merupakan bagian dari armada bayangan yang berafiliasi dengan oligarki Rusia.
Kapal tersebut telah mendapat sanksi dari Amerika Serikat dan mengibarkan bendera Guyana ketika disita, namun pejabat pemerintah Guyana mengatakan mereka tidak memiliki catatan kapal tersebut terdaftar di negara tersebut.
Para pejabat AS mengatakan mereka akan menahan minyak yang dibawa oleh kapal tanker sepanjang 1.092 kaki itu, yang menuju ke Galveston, Texas.