Demi Tebow: Menemukan Harga Diri dari Siapa Kita Karena Siapa Tuhan

Demi Tebow: Menemukan Harga Diri dari Siapa Kita Karena Siapa Tuhan

Demi Tebow, istri dari mantan pemain NFL dan atlet Kristen terkenal Tim Tebow, baru‑baru ini berbicara tentang pentingnya menemukan harga diri sejati — bukan dari pengakuan manusia atau dari media sosial, tapi lewat iman, kebenaran Alkitab, dan panggilan Tuhan dalam hidup kita. Artikel ini menggali pemikiran Demi Tebow, pelajaran yang ia alami dalam masa sulit, dan bagaimana ia berharap bisa menolong orang lain memahami nilai mereka lewat perspektif rohani.

Siapa Demi Tebow dan Apa Pesannya?

Demi Tebow meluncurkan buku devotional 100 hari berjudul Knowing Who You Are Because of Who God Is (Thomas Nelson). Di dalam buku ini, dia mengajak pembaca merefleksikan siapa mereka sesungguhnya—bukan berdasarkan apa yang dunia katakan, melainkan berdasar siapa Tuhan.

Saat diwawancarai oleh Fox News Digital, ia menjelaskan bahwa banyak orang sekarang mempertanyakan nilai diri karena terlalu bergantung pada standar duniawi, tekanan sosial, dan terutama media sosial.

Ia percaya bahwa keraguan muncul ketika kita merasa tidak pantas, tidak layak, atau tidak berharga — dan bahwa musuh sering memanfaatkan saat‑saat seperti itu untuk menjauhkan kita dari kebenaran identitas kita dalam Tuhan.

Kebenaran Alkitab: Dasar Tetap dalam Waktu Sulit

Menurut Demi:

Kasih Tuhan tak pernah berubah, dan siapa kita yang diciptakan oleh Tuhan juga tidak berubah.

Ia mencontohkan bahwa selama masa “menunggu,” frustrasi, dan kekecewaan, ia selalu kembali kepada kebenaran bahwa Tuhan memiliki rencana yang sempurna untuk setiap orang.

Melalui Alkitab, terutama lewat cerita‑kisah orang percaya yang mengalami penderitaan, penantian, dan kerinduan, kita bisa belajar bahwa nilai sejati kita bukan ditentukan oleh hasil di dunia ini.

Contoh dari Pengalaman Pribadi

Beberapa hal yang diceritakan Demi sebagai pelajaran dari kehidupannya sendiri:

Setelah melahirkan anak pertamanya, Daphne, pada bulan Agustus, ia merasakan betapa luar biasanya melihat kehidupan baru, pertumbuhan hari demi hari, dan tanggung jawab spiritual sebagai orang tua.

Demi dan Tim telah berdoa bagi kehidupan Daphne agar ia hidup sesuai panggilan Tuhan, bukan mengikuti standar dunia.

Sementara Demi tahu bahwa orang tua sering menebak‑tebakan tentang apa yang disukai anaknya kelak, ia berharap anaknya akan mengenal panggilan Tuhan untuk hidupnya, dan menjadi pribadi yang “memerintah dan memerintah” dalam arti panggilan Tuhan—bukan dari kekuasaan duniawi atau popularitas.

Bahaya Membandingkan dan Bergantung pada Validasi Dunia

Demi mengingat masa‑masa ketika ia pernah memakai mahkota Miss Universe pada 2017 — sebuah simbol dari popularitas, pujian, dan perhatian publik. Namun, mahkota fisik itu tidak bertahan, sementara pengaruh dan dampak hidup yang berdasarkan Allah bisa abadi.

Ia merujuk kepada 1 Korintus 9:25: “Semua orang yang ikut pertandingan, mereka menahan diri dalam segala hal; mereka melakukannya untuk memperoleh mahkota yang fana, tetapi kita memperoleh mahkota yang abadi.” Di sini Gereja/Kristen diajak untuk tidak mengejar mahkota yang cepat berlalu, tetapi sesuatu yang kekal, yaitu hidup menurut kebenaran Tuhan.

Media sosial sering memberi ilusi bahwa validasi kita tergantung pada jumlah “like,” “follower,” komentar positif — tapi ini bersifat sementara, mudah hilang, dan tidak selalu mencerminkan nilai sejati atau karakter seseorang.

Tema Utama Devotional: Mengetahui Siapa Kita Karena Siapa Tuhan

Isi utama buku devotional Demi Tebow bisa diringkas ke dalam beberapa poin berikut:

Identitas dalam Tuhan
Siapa kita karena siapa Dia. Kita bukan hanya berdasarkan apa yang kita lakukan, bagaimana penampilan kita, atau apa yang orang lain katakan — melainkan karena Tuhan menciptakan kita, mengasihi kita, dan merencanakan kita untuk tujuan yang baik.

Menaruh Harapan di Kebenaran, Bukan Perasaan Sementara
Saat merasa takut, ragu, gagal, atau ditolak, alihkan perhatian dari perasaan tersebut ke kebenaran yang tetap: panggilan Tuhan, kasih Tuhan, dan rencana Tuhan yang sempurna.

Kesabaran dan Penantian
Tidak semua proses dalam hidup berlangsung cepat. Ada musim menunggu, ada yang terasa stagnan, ada kekecewaan. Namun dalam musim tersebut pun Tuhan bekerja, membentuk karakter, membangun iman, dan mempersiapkan kita.

Pengaruh/Warisan yang Kekal
Dampak positif terhadap kehidupan orang lain, tindakan kasih, kebaikan, sikap yang mencerminkan Tuhan — ini semua jauh melampaui popularitas, pujian sementara. Inilah yang dapat menjadi warisan rohani yang abadi.

Bagaimana Menghindari Perangkap Media Sosial

Demi memberi beberapa saran praktis bagi orang yang merasa “tertekan” oleh media sosial:

Batasi waktu untuk berselancar di media sosial, terutama jika membuka aplikasi itu langsung memicu perasaan kurang, insecure, atau membanding‑bandingkan.

Evaluasi konten yang diikuti: apakah konten tersebut membangun iman dan harga dirimu, atau malah membuatmu merasa tidak pernah cukup?

Pilih untuk lebih sering memperhatikan kebenaran rohani, bukan penampilan atau “kesan.” Misa lnya: baca firman Tuhan, doa, komunitas yang mendukung iman, pelayanan, atau kegiatan yang memberi makna batin.

FAQ (Pertanyaan yang Sering Muncul)

  1. Apa yang dimaksud “mahkota yang fana” dan “mahkota yang kekal”?
    Mahkota fana merujuk pada penghargaan duniawi, pujian manusia, popularitas, status, yang bisa hilang atau menjadi tidak berarti seiring waktu. Mahkota kekal adalah imbalan atau penghargaan Tuhan atas iman, ketaatan, kasih, dan hidup yang mementingkan hal rohani.
  2. Bagaimana mengetahui panggilan Tuhan dalam hidup saya?
    Beberapa cara termasuk: doa terus‑menerus, membaca Alkitab, mendengar suara Roh Kudus, mencari nasihat dari orang percaya yang dewasa iman, pelayanan yang menolong orang lain, dan mengikuti talenta atau minat yang dipakai untuk kemuliaan Tuhan.
  3. Apakah merasa “tidak layak” sesuatu yang salah?
    Tidak salah merasa demikian — itu sangat manusiawi. Namun membiarkan rasa tidak layak mendefinisikan siapa kamu sangat berbahaya. Kunci: kembali kepada Kebenaran Alkitab bahwa Kristus sudah membayar dosa, bahwa kita dikenal oleh Tuhan, dan bahwa panggilan kita tidak berdasarkan kesalahan atau kegagalan kita.
  4. Bagaimana menjaga harga diri agar tidak tergantung pada media sosial?

Batasi interaksi dan eksposur yang memicu perbandingan.

Ganti fokus ke kegiatan nyata yang membangun: doa, pelayanan, seni, hubungan sehat.

Bangun komunitas iman yang mendukung kamu — orang‑orang yang mengatakan kebenaran, bukan hanya memuji.

Praktikkan syukur (gratitude) dan catatan harian (journaling) tentang hal‑hal yang Tuhan sudah kerjakan.

Kesimpulan

Demi Tebow mengingatkan kita bahwa harga diri sejati tidak bersumber dari seberapa banyak “likes”, seberapa populer, atau seberapa banyak orang memuji. Sebaliknya, harga diri kita tertanam dalam siapa Tuhan: Pencipta kita, Penebus kita, dan Penuntun kita. Ia mengajak kita untuk menaruh kepercayaan bukan pada hal yang fana, tetapi pada kebenaran rohani yang abadi.

Melalui buku devotionalnya, pengalaman menjadi ibu, dan pengamatan terhadap dunia hari ini, Demi mengajak kita menemukan identitas yang teguh dalam Tuhan — sebuah identitas yang tidak bisa dicabut oleh komentar negatif, tidak bisa dirusak oleh penundaan atau kekecewaan, dan tidak tergantikan oleh pengakuan manusia.